Kemiringan Lereng

Menurut Kurnia, Rahman, dan Daraih (2004, dalam Sugiono, 2007) menyatakan
bahwa tanah di Indonesia tergolong peka terhadap erosi karena terbentuk dari
bahan-bahan yang relatif mudah lapuk. Erosi yang terjadi akan memperburuk
kondisi tanah tersebut dan menurunkan produktivitasnya.
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horisontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan kereta api,bendungan,tanggul sungai dan kanal serta tambang terbuka. Suatu longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuah lereng sehingga terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat terjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau mendadak serta dengan ataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.
Lereng yang ada secara umum dibagi menjadi dua kategori lereng tanah, yaitu lereng alami dan lereng buatan. Lereng alami terbentuk secara alamiah yang biasanya terdapat di daerah perbukitan. Sedangkan lereng buatan terbentuk oleh manusia biasanya untuk keperluan konstruksi, seperti tanggul sungai, bendungan tanah, tanggul untuk badan jalan kereta api. Lereng alami maupun buatan masih dibagi lagi dalam dua jenis (Soepandji, 1995), yaitu :
1. lereng dengan panjang tak hingga (infinite slopes),
2. lereng dengan panjang hingga (finite slopes).
Keruntuhan pada lereng bisa terjadi akibat gaya dorong yang timbul karena beban pada tanah. Lereng secara alami memiliki kekuatan geser tanah dan akar tumbuhan yang digunakan sebagai gaya penahan. Apabila gaya penahan lebih kecil dibandingkan gaya pendorong maka akan timbul keruntuhan pada lereng.


 

Kelas Lereng

 

Proses, Karakteristik dan Kondisi lahan

Simbol warna yang disarankan.

00 - 20

(0 - 2 %)

 

Datar atau hampi datar, tidak ada erosi yang besar, dapat diolah dengan mudah dalam kondisi kering.

 

Hijau tua

 

20 - 40

(2 - 7 %)

 

Lahan memiliki kemiringan lereng landai, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, pengikisan dan erosi akan meninggalkan bekas yang sangat dalam.

 

Hijau Muda

 

40 - 80

(7 - 15 %)

 

Lahan memiliki kemiringan lereng landai sampai curam, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, sangat rawan terhadap erosi.

 

Kuning Muda

80 - 160

(15 - 30 %)

 

Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam, rawan terhadap bahaya longsor, erosi permukaan dan erosi alur.

 

Kuning Tua

160 - 350

(30 - 70 %)

 

Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam sampai terjal, sering terjadi erosi dan gerakan tanah dengan kecepatan yang perlahan - lahan. Daerah rawan erosi dan longsor

 

Merah Muda

350 - 550

(70 - 140 %)

 

Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, sering ditemukan singkapan batuan, rawan terhadap erosi.

 

Merah Tua

> 550

( > 140% )

 

Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, singkapan batuan muncul di permukaan, rawan tergadap longsor batuan.

 

Ungu Tua


 

 

(100)

Sangat Tinggi

 

(75)

Tinggi

 

(50)

Normal

 

(25)

Rendah

 

Relief

 

(25)

Curam,kemiri- ngan lereng le- bih dari 30 %.

 

(20)

Berbukit,kemi- ringan lereng 15 - 30%

 

(12)

Bergelombang kemiringan le - reng 7 - 15 %

 

(5)

Datar, kemi- ringan lereng 0 - 7 %

 

Batuan

 

(15)

Endapan ber- butir halus dan dan betuan ke- ras.

 

(10)

Endapan ber- butir sedang dan batuan mudah lapuk

 

(8)

Endapan ber- butir sedang, batuan lapuk dan memiliki rekahan

 

(5)

Endapan ber- butir sedang sampai kasar, rekahan tam- pak jelas

 

Daya serap (infiltrasi) tanah.

 

(20)

Lapisan tanah penutup tidak efektif,lapisan tanah tipis, se- hingga kapasi- tas resap tanah sangat rendah.

 

(15)

Daya serap tanah lambat Lempung atau tanah memi - liki kapasitas daya serap rendah.

 

(10)

Daya serap normal, kete- balan geluh dengan ke - mampuan da- ya serap baik.

 

(5)

Daya serap tinggi, kete- balan pasir atau tanah mampu me - nyerap de- ngan cepat

 

Tutupan vegetasi

 

(20)

Tutupan tanam- an tidak efektif, jarang atau gun- dul.

 

(15)

Jarang sam - pai sedang, tidak ada tu- tupan alami, kurang dari 10 % aliran dibawah tu - tupan baik.

 

(10)

Jarang sam - pai baik, 50 % daerah aliran tertutup rum- put dan ta - naman kayu.

 

(5)

Baik sampai sempurna, hampir 90 % daerah aliran tertutup rum- put dan ta - naman kayu.

 

Daya tam- pung per - mukaan.

 

(20)

Tidak ada, tam- pak cekungan dangkal, daerah aliran curam dan sempit, tidak ada kolam atau rawa.

 

(15)

Daya tam - pung kecil, Pemboran di- perlukan, da- erah aliran ke- cil, tidak ada kolam atau rawa.

 

(10)

Daya tampung normal, depre- si cekungan permukaan, danau, kolam dan rawa, ku- rang dari 2 % daerah aliran

 

(5)

Daya tam - pung tinggi, berbentuk ce- kungan, tidak tampak jelas daerah aliran.

 

Dikutip dari : Engineering Handbook for Farm Planners Upper Mississippi Valley Region III United States Soil Conservation Services, 1953.

 


Komentar

Postingan Populer